Owaranai Suffering (Chapter 2) A GureShin Fanfiction




Ruangan minimalis dengan cahaya remang-remang yang bahkan sangat sulit sekali untuk melihat sesuatu yang ada di sekitarnya. Sebuah single bed diletakkan di pojok ruangan, nakas kecil di pinggiran kasur, meja makan terletak di tengah-tengah, dan kamar mandi di sisi yang agak jauh. Daripada sebuah kamar, ruangan ini lebih pantas disebut sebagai sel penjara.

Dalam kamar yang minim pencahayaan inilah Shinya tumbuh bersama ibunya.

Sejak ia lahir ke dunia, Shinya tidak pernah mengenal tempat lain kecuali kamar ibunya, ruang latihan, perpustakaan, dan taman kecil khusus yang dibuat untuknya yang terletak di belakang kediaman Hiiragi.

Shinya kecil sangat menyukai taman miliknya, taman yang hanya digunakan olehnya tanpa ada orang lain yang menggangu. Itu seperti Secret Base baginya. Ia menyukai tempat itu karena di sana Shinya bisa melihat bunga-bunga penuh warna yang bermekaran, ia juga bisa merasakan bagaimana hangatnya sinar matahari menembus kulitnya. Seperti pelukan ibu, begitulah pikirnya.
Sangat berbeda dengan ruangan di mana ibunya tinggal, sebuah kamar pengap tanpa warna dengan cahaya yang sangat sedikit. Bukannya Shinya membenci tempat itu, ia bahkan menjadikan kamar ibunya sebagai tempat favoritnya selain taman. Shinya tidak pernah tahu alasan ibunya betah tinggal di situ, yang ia tahu ibunya hanya orang luar yang terjebak dalam sangkar Hiiragi dan ia pun lahir di tempat ini.

Kegiatan Shinya di kediaman Hiiragi tidak ada yang spesial. Ia hanya melakukan rutinitas yang seolah telah dirancang oleh para bangsawan itu untuk menjadikannya senjata ampuh andalan Hiiragi. Ketika pagi hari sampai siang, jadwalnya adalah latihan menggunakan senjata, mempelajari strategi perang atau cara membunuh musuh. Siang hari ia gunakan untuk membaca buku di perpustakaan keluarga Hiiragi. Ketika sore hari, ia akan menghabiskan waktunya di taman, entah itu menyirami bunga, menangkap serangga, atau sekadar duduk menyendiri. Taman itu memiliki suasana yang menenangkan, setidaknya ia bisa mengalihkan kepenatannya dari rutinitas sehari-hari yang menyiksa. Setidaknya ia bisa melupakan sejenak jeritan teman-teman yang mati di tangannya sendiri. Lalu saat malam hari, Shinya akan masuk ke kamar ibunya, kadang ia akan menceritakan hari-harinya atau ia akan menyelinap ke atas kasur dan langsung bersembunyi di balik pelukan ibunya, tertidur pulas.

Saat usianya menginjak lima tahun, pada malam hari Shinya menyelinap ke kamar ibunya yang remang-remang. Seperti biasa, ibunya sedang duduk di depan jendela menatap bulan, sebuah buku bacaan berada dalam genggaman tangan kanannya. Ibunya tampak cantik dengan rambut putih panjang yang tergerai.

Ibu, aku pulang.” Shinya langsung berlari menerjang ibunya, ia pun disambut dengan pelukan hangat wanita itu

Eeh, kesatria ibu sudah pulang, selamat datang. Bagaimana hari ini Shinya sayang, apakah menyenangkan?”

Uhm! Aku berhasil mengalahkan lawanku di tempat latihan, penguji bilang mereka sedang dirawat di rumah sakit sekarang. Dan ibu, bunga melati yang ada di taman mekar, aku baru tahu kalau baunya sangat harum.”

Shinya menengadahkan wajahnya menatap sang ibu. Dalam kegelapan itu ia bisa melihat mata ibunya yang berkaca-kaca, iris biru seperti permata yang sangat indah. Shinya selalu bertanya-tanya, apakah iris miliknya juga berwarna biru? Ia tidak pernah tahu parasnya bagaimana, apakah wajahnya mirip dengan ibunya? Atau ayahnya? Haha padahal Shinya sendiri tidak pernah tahu kalau ia memiliki ayah atau tidak.

Saat ditanya, ibunya akan menjawab kalau matanya juga biru dan ia mirip dengan ibunya. Ketika ditanya tentang ayah Shinya, apakah masih hidup atau tidak, ibunya akan tersenyum dan memeluk Shinya erat lalu menangis. Maka Shinya tidak pernah mempertanyakan itu lagi.

Wanita cantik itu tersenyum hangat menatap Shinya penuh kasih sayang. Dielusnya surai putih yang mirip dengan miliknya. Ada rasa pilu kala buah hatinya membicarakan perihal yang seharusnya tidak dibanggakan oleh anak seusianya. Shinya masih terlalu dini untuk itu. Tetapi bangsawan Hiiragi berusaha menjadikan Shinya senjata andalan mereka.

Tidak peduli apa yang kerajaan lakukan padamu, tetaplah menjadi Shinya yang baik oke?”

Hai haiy~.” Shinya menganggukan kepalanya cepat meskipun ia tidak terlalu mengerti apa yang ibunya bicarakan.

Nee, ibu, kapan-kapan ayo main ke taman bersamaku. Kita lihat bunga yang bermekaran di sana!”

Kapan-kapan ya sayang.”

Di tengah percakapan itu seseorang tiba-tiba membuka pintu kamar dan memanggil ibunya. Mereka seperti membicarakan sesuatu yang penting di balik pintu yang terbuka, Shinya bisa melihat raut kesedihan yang sempat menghiasi wajah ibunya sebelum ia kembali menghampiri Shinya.

Hari sudah larut, ayo kita tidur, Shinya.”

Malam itu ibunya memeluk Shinya erat dalam tidur, ia juga merasakan air yang tiba-tiba membasahi kepala Shinya dan isakan tertahan dari ibunya. Shinya hanya berpura-pura tidak mengetahuinya sebelum akhirnya ia jatuh tertidur dalam kehangatan sang ibu.

.

.

Di pagi hari, Shinya tidak mendapati sosok ibunya di kamar.

Saat itu juga kediaman Mikado no Oni tampak sibuk dengan agenda perang. Itu seperti bencana besar telah menimpa Jepang, banyak prajurit dari kerajaan Mikado no Oni yang terluka bahkan meninggal. Shinya tidak tahu apa yang terjadi di luar sana.

Selama satu minggu Shinya tidak diperkenankan untuk keluar dari kamar gelap itu, ia tidak melakukan rutinitas hariannya seperti biasa, entah itu berlatih ataupun bermain-main di taman. Bangsawan Hiiragi melarangnya. Selama itu juga Shinya sudah tidak lagi melihat kehadiran ibunya di kamar.

Kamar pengap dengan cahaya remang-remang semakin terasa dingin sejak ibunya menghilang.

Shinya membenamkan diri dalam balutan selimut yang lusuh.

Pikirannya yang masih polos bertanya-tanya, di manakah ibunya berada? Kenapa keluarga Hiiragi tidak mengizinkannya ikut bersama sang ibu? Apakah ibunya baik-baik saja di luar sana?

Tidak ada yang dapat Shinya pikirkan selain kecemasannya terhadap ibu yang ia sayangi, sejak kecil mereka berdua tidak dapat dipisahkan. Hanya ibunya, orang yang paling Shinya kenal di sini, bahkan mungkin dunia ini. Ibunya adalah satu-satunya cahaya yang menuntunnya dalam kegelapan dan kekejaman dunia. Jika wanita itu tidak ada, lantas siapa yang akan melindunginya dari kehancuran? Untuk apa Shinya hidup?

Ketika memikirkan ibunya, air mata mengalir begitu saja membasahi pipi Shinya. Ia tidak mengerti kenapa itu tidak bisa berhenti.

Untuk pertama kalinya setelah satu minggu, pintu kamar Shinya diketuk. Lalu ketika pintu terbuka, seseorang kemudian menghampiri tempat tidur Shinya, menyibak selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Bocah lima tahun itu melebarkan matanya tatkala mengetahui siapa yang datang ke kamarnya.

Hiiragi... Tenri-sama!”


.

.

Owaranai Suffering
(Chapter 2, A Boy with Vampire Virus in His Body)

Karakter OnS (c) Kagami Takaya, Cerita (c) NysAeri

Shounen-Ai, Drama, Action, Sci-Fi (maybe)

Warning:
Cerita murni dari imajinasi saya dengan beberapa hasil imitasi dan EYD sebisanya, romansa Boys Love dengan bumbu straight di dalamnya, Ke-OOC-an mungkin dialami oleh para karakter (saya sudah peringatkan loh yaa).


.

.


Cepatlah lari, Shinya!”

Tapi tuan Ichinose terluka...”

Aku yang akan mengurusnya, yang terpenting larilah. Cari jalan keluar. Aku pastikan kau mendapat perlindungan di luar sana!”

Tuan Ichinose...”

Benar Shinya, keluarlah dari tempat ini. Jangan khawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja.”

Satu minggu, aku berjanji akan menghubungimu nanti.”

.


....Bahkan ini sudah dua minggu dan aku belum mendapat kabar apa pun dari kalian. Cepat atau lambat aku pasti akan tertangkap.”

Shinya merapatkan mantel yang dikenakannya. Saat ini ia berada di salah satu gerbong kereta yang sedang berjalan menuju stasiun Shinjuku. Kendaraan panjang itu melaju cepat di atas rel.

Pemuda bersurai putih itu memperhatikan sekelilingnya. Ini bukan tempat yang biasa ia datangi, bahkan hampir tidak pernah. Matanya waspada mengamati sekitar. Sekte Hyakuya bisa saja berada di tempat yang sama dengannya.

Semenjak usaha melarikan dirinya bersama Ichinose Sakae dari Sekte Hyakuya dua minggu yang lalu, mereka terpisah dan kehilangan kontak. Maka Shinya harus berusaha menjalani kehidupannya sendiri sebagai subjek percobaan Virus Vampir. Ia harus mencari tempat tinggal sementara dan pekerjaan sampai rekannya yang satu lagi menghubungi. Selama itu juga Shinya tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung, jadi ia selalu mengenakan mantel dan pakaian tertutup lainnya untuk melindungi tubuhnya, sekaligus menyembunyikan diri dari orang-orang yang mengincarnya. Tetapi penantiannya selama ini belum terbayar juga. Tidak ada tanda-tanda kalau rekannya akan menghubungi.

.

Shinya melihatnya, beberapa meter dari tempat ia berdiri saat ini, dua orang pria berpakaian serba hitam tengah memperhatikannya secara diam-diam. Dua orang itu tidak menyerang Shinya, mungkin mereka takut menarik perhatian penumpang kereta.

Itu pasti prajurit Hyakuya.’ Batin Shinya.

Hei, anak manis. Sendirian saja di kereta ini heum?”

Seorang pria tua tak dikenal tiba-tiba saja mendekat ke arah Shinya, memepetkan tubuhnya penuh nafsu.

Sekuhara*? Ya ampun apalagi ini...!’

Shinya berusaha bersikap setenang mungkin, panik di saat seperti ini adalah tindakan yang ceroboh. Ia lantas memeriksa apakah di dalam gerbong kereta itu terdapat kamera pengawas atau tidak sambil terus memperhatikan dua orang Hyakuya tak jauh dari tempatnya.

Setelah memastikan kalau di sana tidak terdapat kamera pengawas, Shinya pun melancarkan aksinya. Di dorongnya tubuh pria tua itu secara pelan.

Permisi, tuan. Tubuh anda terlalu dekat.”

Hahaha, apa salahnya? Toh tidak ada yang melihat ini. Bagaimana kalau aku elus bokongmu yang kenyal ini?”

Shinya segera menepis kasar tangan kotor itu sebelum pria tersebut benar-benar mendaratkannya pada tubuh Shinya.

Sebaiknya anda tidak menyentuh saya karena tubuh saya bisa menyebarkan virus.”

Eeh omong kosong macam apa itu? Menyerah saja sebelum aku mencelakaimu, nak!”

Maaf saja tapi itu adalah perkataan saya tuan. Menyerah saja sebelum saya mencelakai anda.”

Shinya menggigit bibir bawahnya hingga mengeluarkan darah. Dengan gerakan yang cepat, tangannya mengusap darah tersebut lalu beralih memelintir tangan si pria tua, menguncinya ke belakang sampai tidak bisa bergerak lagi. Tangan yang terdapat darah itu ia usapkan pada telapak si pria tua. Gerakannya terlalu apik sampai-sampai tidak menimbulkan kecurigaan penumpang lain yang ada di kereta tersebut.

Shinya berbisik dengan nada tajam.

Sekali lagi maafkan saya tuan, tapi ini terpaksa saya lakukan demi melindungi saya dari kejahatan.”

Sialan!!”

Setelah mengatakan itu, beruntung kereta telah sampai pada stasiun yang Shinya tuju. Pemuda itu segera melepas kunciannya pada si pria tua dan lekas keluar dari gerbong sebelum ia menarik perhatian orang lain, sebelum ia dikejar oleh pria tua, dan sebelum orang Hyakuya menangkapnya.

Hei jangan lari!”

Benar saja, setelah Shinya keluar dari kereta, si pria tua mengikutinya dari belakang. Cuaca pagi itu lumayan cerah, dan cahaya matahari pun bersinar dengan cukup terik. Baru beberapa pijakan pria tersebut melangkah, hal yang selanjutnya terjadi adalah rasa sakit yang tiba-tiba menyebar di sekitar telapak tangannya. Secara cepat, api pun muncul dan membakar pria tersebut hingga menjadi abu. Ia seperti vampir yang baru saja dimusnahkan dengan kekuatan sinar matahari.

Pagi itu, Shinjuku dibuat heboh oleh kejadian yang tak diduga tersebut.

.
\(O3O)/
.

Wanita yang menjadi bagian penyeleksi untuk pelamar kerja mengernyitkan dahinya ketika mendapati sosok Shinya yang melamar pekerjaan sebagai maskot taman bermain yang baru saja di buka pada hari itu.

Namamu hanya Shinya? Apakah ini nama marga atau...”

Haiy, Shinya adalah nama saya. Marga saya sudah tidak digunakan lagi karena kedua orang tua saya meninggalkan saya beberapa tahun yang lalu.”

U-uh maaf.”

Tidak masalah, nyonya.”

Shinya menampilkan senyuman manisnya pada petugas tersebut, yang membuat wanita itu bersemu dan salah tingkah sendiri. Di sini ia yang seharusnya membuat gugup pelamar kerja karena wawancara yang dilakukannya, tetapi malah terbalik menjadi gugup hanya karena si pelamar kerja tersebut tersenyum padanya.

Untuk mengalihkan rasa gugupnya, wanita itu kembali membaca surat lamaran Shinya.

Lagian, apa tidak salah melamar di sini? Maksudku wajahmu cukup menjanjikan untuk dipasang pada poster dan majalah. Kamu lebih pantas menjadi model, idol, atau semacamnya...”

Bukan tanpa alasan, wanita itu pikir Shinya memang cocok bekerja sebagai seorang model. Lihatlah, ia tinggi dan ramping, tidak terlalu kurus dan tidak gemuk juga. Mungkin ototnya memang tidak begitu menonjol, tetapi itu didukung dengan parasnya yang seperti boneka. Tampan dan imut di saat yang bersamaan. Kulit susu dan rambut putih yang terasa lembut ketika disentuh. Dan jangan lupakan aset utama yang dimiliki setiap orang, yaitu wajahnya. Iris sewarna lautan jernih yang bisa membuat siapa saja tenggelam di dalamnya, bulu mata yang lebat dan lentik, hidung bangir, pipi yang merona dan juga bibir peach agak pucat yang selalu menampilkan senyuman manis seperti madu.

Siapa saja akan jatuh cinta pada pandangan pertama karenanya.

Untuk pemikirannya yang melantur, wanita itu menggelengkan kepalanya.

Eto... saya bukan tipe orang yang nyaman dengan banyak perhatian, tapi saya sangat senang atas pujian anda.” Shinya menggaruk pipinya merasa malu.

KYAAA... KAWAII**!!!!’

Ehm baiklah, lamaranmu saya terima. Kamu bisa bekerja mulai hari ini. Kontrak kerja yang sudah disepakati adalah dua minggu, karena ini hanyalah sebagai ajang promosi taman bermain. Tapi kami bisa merekrutmu lagi jika kinerjamu ternyata bagus. Dan maskot yang akan kamu gunakan adalah Neko-chan.”

Haiy! Saya juga menyukai kucing, saya akan bekerja dengan keras. Terima kasih banyak, nyonya.”

Err... kalau kau berminat di dunia permodelan, aku bisa mencarikanmu semacam agensi...”

Baiklah, akan saya pikirkan. Terima kasih, nyonya.”

.
\(O3O)/
.

Hiiragi Kureto berjalan di koridor kerajaan Mikado no Oni, Sangu Aoi mengikuti di belakangnya dengan kedua tangan yang membawa peralatan untuk menyajikan teh. Mereka berdua berjalan dalam diam. Setelah sampai di kamar yang dituju, Kureto membuka pintu ruangan tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Pemandangan yang pertama kali matanya lihat adalah ruangan berwarna lavender lembut dengan perkakas yang lumayan lengkap. Sebuah kasur Queen size, meja makan beserta kursi, tempat rias, lemari besar, sofa berikut televisi dan lemari es, kamar mandi dan perabot mewah lainnya mengisi ruangan yang sangat luas tersebut. Kamar itu seperti apartemen dalam sebuah istana.

Dari segala hal yang dilihat Kureto, ia menemukan seorang gadis muda tengah duduk merenung di atas kasurnya sambil melipat kaki. Sepasang borgol dengan rantai yang panjang melingkar di pergelangan tangannya. Gadis itu tidak menampakkan raut terkejut saat Kureto secara tidak sopan memasuki kamarnya. Ia juga tidak mengalihkan pandangannya dari kaca jendela untuk sekadar melihat Kureto.

Gadis itu adalah Hiiragi Mahiru.

Kureto lantas duduk pada salah satu sofa tak jauh dari tempat Mahiru berada. Sangu Aoi mengekorinya dari belakang, tanpa banyak bicara gadis itu mulai menyiapkan peralatan teh yang dibawanya ke atas meja di hadapan sang tuan muda Hiiragi.

Bagaimana kabarmu, Mahiru?”

Untuk apa kau repot-repot datang ke sini? Kamarku bukan kuil untuk upacara minum teh, asal kau tahu saja.”

Mahiru berkata dengan nada dingin. Sorot matanya tampak hampa menatap sang kakak.

Untuk mensyukuri sebuah pengharapan, bukankah lebih bagus jika dirayakan bersama-sama? Kau sepertinya baik-baik saja.”

Ya, aku baik-baik saja jika Hiiragi tidak mengurungku dalam sangkar memuakkan ini. Bahkan kalian sampai repot-repot memborgolku begini, sekhawatir itukah kalau aku akan kabur dan mengacaukan dunia?”

Hahaha, walaupun kau sempat melakukan hal bodoh karena dengan mudah dijadikan kelinci percobaan oleh Sekte Hyakuya, tapi Hiiragi masih menghormatimu dengan tidak mengendurkan pengawasan kami padamu. Kau juga harusnya bersyukur karena Hiiragi masih mau menerimamu.”

Tentu saja, mana mungkin kalian tidak menerima inang dari Virus Vampir ini? Bahkan kalian memanfaatkannya dengan sangat baik.”

HAHAHAHA.”

Kureto tertawa kejam dalam ruangan itu.

Mahiru hanya bisa menggigit bibir bawahnya, merasa kesal. Kalau saja peristiwa tahun lalu tidak terjadi...

Ya, Mahiru masih mengingatnya, ia tidak mungkin melupakan kejadian itu. Saat dirinya yang begitu ngotot ingin menentang Hiiragi demi cintanya pada Guren, ia kemudian dengan bodohnya mempercayai Sekte Hyakuya yang mengiming-imingkan cara untuk menghancurkan klan Hiiragi dan membuat Guren datang kepadanya, untuk mendekap dan menyelamatkannya. Pada akhirnya, Hyakuya busuk itu menjadikannya subjek untuk dijadikan inang Virus Vampir. Mahiru bahkan menjadi tahu bahwa Shinya juga dijadikan subjek percobaan jauh sebelum dirinya, ia masih ingat kata-kata profesor jahat yang menanganinya.

Virus Vampir ini adalah wabah yang langka dan mematikan, hanya orang-orang tertentu yang dapat dijadikan sebagai inang. Omong-omong, saudara laki-lakimu yang bernama Hiiragi Shinya itu adalah subjek yang istimewa untuk percobaan ini karena darah campuran yang ada dalam tubuhnya. Haaah... andai saja saat itu aku yang menangani Hiiragi Shinya dalam menjadikannya inang, bukan keluarga Hiiragi, aku akan merasa sangat terhormat...”

...Kita berdoa saja, semoga tuan puteri tidak terbakar saat terkena sinar matahari nanti. Yah... itu kemungkinannya kecil sih, aku percaya kok, karena Hiiragi adalah klan yang kuat, iya kan, Mahiru-sama?”

Cih. Mahiru hanya bisa menggertakan giginya setiap mengingat kejadian itu.

Lalu, apa yang kau syukuri itu, Kureto Onii-sama? Aku tidak butuh rasa syukurmu atas penderitaanku.”

Heh, aku bukan kakak yang sekejam itu...”

Lantas?”

....Aku menemukan Shinya. Dia muncul di stasiun Shinjuku, dan merupakan dalang dari kejadian orang yang terbakar kemarin pagi.”

Mahiru melebarkan matanya.

Hiiragi Shinya, saudara angkatnya, orang yang menjadi inang Virus Vampir selain dirinya, yang pernah dikatakan spesial.

Setelah virus mematikan itu dimasukkan ke dalam tubuhnya, Mahiru tidak lagi dapat merasakan cahaya matahari secara langsung, ia dikurung dalam sel penjara milik Sekte Hyakuya. Sebulan kemudian, pasukan Hiiragi datang menyelamatkannya, atau lebih tepat kalau dibilang mengambilnya. Karena ketika ia kembali ke kerajaan pun, orang-orang sudah memperlakukannya berbeda. Mahiru berganti peran, dari sang tuan puteri kesayangan Hiiragi Tenri, kini menjadi kelinci percobaan yang setiap harinya harus disiksa dalam ruangan yang bernama laboratorium. Kedua tangannya bahkan sampai dirantai untuk mencegah ia melarikan diri dari kerajaan.

Tetapi suatu ketika, profesor yang ada di laboratorium itu pernah berkata, kalau virus dalam tubuhnya bisa dihilangkan dengan penawar tak lain adalah darah dari orang yang menjadi inang Virus Vampir juga. Ibaratnya sebuah vaksin, virus dilawan dengan virus pula.

Tidak salah lagi, jika Mahiru berhasil membawa Shinya dan memintanya mengorbankan nyawa demi dirinya, Mahiru pasti bisa sembuh, Mahiru pasti bisa kembali pada kehidupan yang sebelumnya.

Bagaimana kabarnya saat ini?” Mahiru melirik kakaknya.

Aku sudah menyebar pasukan untuk mencari keberadaannya. Kami akan segera menemukannya dan membawanya pulang.”

Ujar Kureto dengan kepercayaan diri yang tinggi. Pemuda itu kemudian menyesap teh yang sudah disajikan oleh Aoi. Sebenarnya pelayan setia Kureto itu juga menyajikan teh untuk Mahiru, tetapi gadis itu tidak menyentuhnya sama sekali.

Hah, percaya diri sekali. Terus, apa yang akan kau lakukan jika sudah mendapatkan Shinya?”

Sebagai sesama subjek percobaan, kau tidak perlu tahu.”

Tapi sebagai keturunan asli keluarga Hiiragi, aku patut mengetahuinya.”

Kureto diam tak menggubris.

Cih.”

Omong-omong, Mahiru. Tadi pagi aku bertemu dengan orang terkasihmu, Ichinose Guren...”

.......”

...Dia menanyakan kabarmu, dan kubilang kalau kau baik-baik saja. Aku juga menyuruhnya untuk melupakanmu. Haaah... sudah lima tahun berlalu tetapi perasaan semu kalian masih saja dipertahankan. Aku penasaran, apakah jika aku mengatakan keadaanmu yang sebenarnya, Guren akan menolongmu?”

Guren...”



.
.
.
\\Chapter 2, A Boy with Vampire Virus in His Body//
.
.
.


*Sekuhara: pelecehan seksual
**Kawaii: imut :)

......

Konnichiwa... Akhirnya chapter kedua bisa update juga!!

Kali ini giliran Shinya yang muncul yeay. :) Tadinya Nys mau bikin cerita ini berkonsep misterius biar pembaca penasaran gitu, tapi ternyata gagal. Kalau Nys berusaha sok-sok’an pake rahasia di tiap narasinya, malah jatohnya makin membingungkan cerita. Jadi yah, sudahlah. Kalian mungkin bisa membaca alurnya bakal seperti apa. Berdoa saja semoga cerita ini tetap dapat menghibur, ya?

Untuk beberapa chapter, narasi awal akan menceritakan tentang flashback kehidupan karakter utama. So, bagi yang penasaran pada beberapa hints, nanti secara perlahan akan dijelaskan latar belakang mengapa mereka bisa jadi seperti itu. Just follow the story...

Kalau di LN Kureto itu selalu kalah dari Mahiru, tapi di sini Nys buat seolah-olah Mahiru itu terlalu dibutakan oleh cintanya kepada Guren, jadi Kureto manfaatin celah itu. Yah namanya juga cinta, kalo udah nyangkut masalah perasaan, kejeniusan pun akan kalah. Gomen, kalau misalnya Nys terlalu memaksakan karakter Mahiru dan yang lainnya di sini.


Review tetap ditunggu...! Jaa ne. :)

Eits, masih ada lanjutan falshback di bawahnya. Enjoy!

.
.
.
.
.

Shinya kecil hanya bisa terpaku ketika raja dari Mikado no Oni duduk di pinggiran kasurnya.

Hiiragi Tenri.

Adalah kesempatan yang sangat sangat langka bagi Shinya untuk dapat bertemu orang nomor satu bangsawan Hiiragi tersebut. Tentu saja, dia dan ibunya hanyalah seorang tahanan kerajaan, mereka hanya orang asing di sini.

Hiiragi Tenri dengan wajah penuh wibawa membuka suara dalam kamar yang hening itu.

Ibumu telah melakukan tugasnya dengan baik, aku turut berterima kasih atas jasa besarnya.”

Ibuku? Hiiragi-sama, di mana ibuku? Aku tidak melihat ibu seminggu ini.”

Shinya dengan suara cemprengnya berujar antusias di hadapan Hiiragi Tenri, ia bahkan sampai memegangi lengan pakaian yang dikenakan sang raja seolah-olah mereka berdua sudah akrab.

Raja Hiiragi yang selalu tegas dengan wajah menyeramkannya dan seolah tak tersentuh, kala itu membiarkan Shinya memegang tangannya, tetapi ia tidak menurunkan sikap dinginnya sama sekali. Ia pada Shinya berkata.

Kau tidak bisa lagi bertemu ibumu di dunia ini, Shinya.”

A-apa? T-tidak mungkin...!”

Shinya menghentikan pergerakannya pada tangan Hiiragi Tenri, mematung. Walaupun masih kecil, tetapi ia sudah mengerti makna dari perkataan Hiiragi-sama barusan. Ia tidak bisa bertemu ibunya di dunia ini lagi berarti...

...Tuhan telah menjemputnya menuju surga. Ibunya telah meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

Ibu...”

Tangis bocah kecil yang baru berusia lima tahun itu pun pecah. Air mata kembali membanjiri pipi Shinya setelah sempat terhenti beberapa saat yang lalu, bahkan kali ini lebih deras.

Mengapa Tuhan mengambil ibunya secepat itu?

Hiiragi Tenri tanpa suara mendaratkan telapak tangannya di atas kepala Shinya, mengelus surai putih itu pelan.

Tugas ibumu di dunia ini sudah selesai. Sebagai gantinya, Shinya, mulai saat ini aku mengangkatmu menjadi bagian dari keluarga Hiiragi. Namamu yang sekarang adalah Hiiragi Shinya, dan kau akan mengabdikan seluruh hidupmu untuk Mikado no Oni.”

Hiiragi... Shinya...?”

.
.

Setelah kejadian tersebut, malam harinya Shinya dibawa ke ruangan berwarna serba putih dengan peralatan-peralatan aneh memenuhi ruangan tersebut. Seseorang kemudian memasukkan sesuatu ke dalam tubuhnya melalui jarum suntik, entah apa itu Shinya tidak tahu. Dan hari-hari yang hangat dengan sinar matahari pun berakhir mulai saat itu.

Shinya memang sudah menyandang status sebagai bagian dari keluarga Hiiragi, tetapi perlakuan yang didapatkannya sama sekali tidak berubah, bahkan lebih parah. Ia tetap tinggal di kamar yang gelap, tidak diperbolehkan keluar ataupun melakukan sesuatu tanpa seizin pengawas Hiiragi, latihan bertarung semakin ditingkatkan bahkan ia telah ditugaskan dalam kelompok pembunuh, tetapi ia tidak boleh mendapat luka sekecil apa pun. Apabila itu terjadi, ia akan langsung dibawa ke ruangan putih yang sama dan perawatannya akan sangat menyakitkan. Taman kecil yang selalu hangat karena sinar matahari, kini dibuat seperti benteng yang mengurung bunga-bunga di sana untuk hidup secara alami.

Semuanya berakhir.


Shinya tidak pernah mengharapkan kehidupan yang indah dan penuh cinta, saat ini saja rasanya ia tidak mempunyai minat untuk mencoba bermimpi atau memikirkan masa depan. Baginya, kehidupan yang penuh arti sudah berakhir saat Hiiragi membuat dia dan ibunya berpisah.

Dendam sempat menghinggapi hatinya, tetapi itu tidaklah cukup. Ketakutannya pada keluarga Hiiragi dan ketidaktahuannya lebih besar dibandingkan dendamnya. Mulai saat itu, Shinya tidak tahu lagi apa tujuannya hidup di dunia ini, maka ia hanya bisa menjadi anjing keluarga Hiiragi yang patuh. Tidak lebih.

.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

List Rekomendasi Anime Yaoi, Shounen Ai, BL 2021

List Anime Yaoi, Shounen Ai-BL 2020