Owaranai Suffering (Chapter 3) A GureShin Fanfiction
“Mohon
maaf Saito-sama, kami belum bisa menangkap Hiiragi Shinya.”
Dua
orang prajurit tengah bersimpuh di hadapan pemimpin Sekte Hyakuya,
mereka merasa bersalah atas ketidakmampuan untuk mendapatkan salah
satu inang Virus Vampir yang telah kabur dari tahanan. Ya, inang
tersebut adalah Hiiragi Shinya.
Selama
ini keberadaan Shinya dan Ichinose Sakae tidak pernah diketahui oleh
dua kerajaan besar setelah mereka menghilang dalam insiden
pemberontakan Ichinose. Mereka seolah tertelan bumi. Tetapi empat
tahun kemudian, Sekte Hyakuya berhasil menemukan Shinya dan Ichinose
Sakae.
Pemuda
dengan wabah mematikan dalam tubuhnya itu sebelumnya telah didapatkan
oleh Sekte Hyakuya dan sempat ditahan selama enam bulan dalam penjara
bawah tanah. Tetapi dua minggu yang lalu, Shinya bersama Ichinose
Sakae berhasil kabur dari kungkungan sel penjara. Sampai saat ini,
Sekte Hyakuya terus memburu subjek yang berbahaya
tersebut.
Lantas,
Saito yang sedang duduk di singgasananya sambil memegang segelas
wine,
dengan gaya santainya berkata.
“Yaaah...
anak harimau itu memang agak sulit sih untuk diburu. Untuk saat ini
aku memaklumi kalian, tapi kita tidak punya waktu lagi. Tiga bulan
adalah batas’nya’. Kalau Sekte Hyakuya gagal mengendalikan
Shinya, maka kehancuran klan kita ada di depan mata. Apalagi sekarang
muncul satu lagi pengganggu dari Mikado no Tsuki, sepertinya bocah
Ichinose itu akan menjadi masalah baru bagiku. Haaah, merepotkan
saja.”
Kedua
prajurit itu hanya terus menundukan kepala mereka.
“Tak
lama lagi harimau itu akan menjadi seekor anak kucing yang tak
berdaya. Ketika waktunya tiba, aku sangat berharap Hiiragi Shinya
dapat ditangkap secepatnya. Aku mengandalkan kalian, wahai
prajurit-prajuritku.”
“Ha’i”
Atas
perintah tersebut, kedua prajurit Sekte Hyakuya itu pun bergegas
meninggalkan ruangan Saito. Di singgasananya, Saito menenggak minuman
yang ada dalam gelasnya dengan penuh wibawa.
“Ya...
tak lama lagi.” Gumamnya.
.
.
Owaranai
Suffering
(Chapter
3, Meeting You)
Karakter
OnS (c) Kagami Takaya, Cerita (c) NysAeri
Shounen-Ai,
Drama, Action, Sci-Fi (maybe)
Warning:
Cerita
murni dari imajinasi saya dengan beberapa hasil imitasi dan EYD
sebisanya, romansa Boys Love dengan bumbu straight di dalamnya,
Ke-OOC-an mungkin dialami oleh para karakter (saya sudah peringatkan
loh yaa).
.
.
Taman
bermain adalah tempat yang identik dengan keceriaan, di mana
orang-orang bebas bersenang-senang dan tertawa tanpa memikirkan beban
hidup. Dan di sinilah Shinya berada sekarang. Berjalan-jalan di
sekitar taman bermain dengan kostum karakter kucing yang harus
dipakainya seharian penuh. Ia akan menyapa setiap pengunjung taman
bermain itu dan terkadang menghibur anak-anak dengan tarian atau
gerakan-gerakan lucu.
Orang-orang
itu tampak bahagia, seakan tidak ada bahaya yang mengancam mereka.
“Mereka
rentan, tidak ada perlindungan sama sekali.”
Bagi
Shinya yang merupakan seorang pembunuh ulung, menurutnya saat ini
orang-orang yang ada di taman bermain itu ceroboh, mereka kapan saja
bisa menjadi objek pembunuhan.
Para
orang dewasa, anak-anak, remaja, mereka semua tidak memikirkan betapa
mengerikannya dunia ini, mereka seolah tidak merasakan kesedihan dan
teror yang setiap saat datang menghantui, tidak seperti ia yang
selalu dilanda kesedihan dan rasa cemas akan kehancuran diri.
Shinya
tidak takut pada kematian, ia hanya takut virus dalam tubuhnya akan
mematikan jutaan orang ketika kehancurannya tiba.
Terkadang,
Shinya merasa iri dengan mereka yang bisa tersenyum, menangis, marah,
dan tertawa dengan tulusnya. Tidak seperti ia yang selama hidupnya
hanya bisa menebar senyuman dan tawa palsu. Dunia yang dipijak Shinya
adalah dunia penuh kegelapan yang sangat berbeda dengan mereka.
“Tentu
saja, duniaku memang berbeda.” Ia bergumam pelan.
Shinya
sedang duduk di salah satu bangku taman, mengistirahatkan tubuhnya
yang akhir-akhir ini sering merasa cepat lelah. Ini bukan hanya
karena pekerjaannya yang memang menguras energi, tetapi juga karena
virus dalam tubuhnya yang telah aktif dan mulai menghancurkan sel-sel
organ dalam Shinya.
Ia
telah terkena cahaya matahari. Itu terjadi ketika dirinya berusaha
melarikan diri dari Sekte Hyakuya.
Ini
bahkan sudah 20 hari sejak virusnya aktif dan Shinya tidak tahu
sampai kapan tubuhnya bisa bertahan. Saat ini saja, darahnya sudah
mulai bereaksi membakar orang-orang yang menyentuhnya. Perlahan,
kekuatan dan daya tahan tubuhnya terus menurun sepanjang waktu.
Pergerakaannya tidak segesit dulu, Shinya pun sering merasa demam dan
kedinginan di waktu-waktu tertentu.
Miris,
padahal usianya belum genap 18 tahun, tetapi kondisi tubuhnya sudah
seperti lansia. Ia hanya bisa tertawa pahit ketika menyadari hal
tersebut.
Shinya
adalah bom waktu yang kapan saja bisa memusnahkan umat manusia.
Pemuda
itu tidak akan mengutuk Tuhan atas apa yang telah ditakdirkan
kepadanya, sangat berbeda dibandingkan dengan dirinya yang dahulu,
yang tidak tahu akan ke mana arah tujuan hidupnya. Sejak mengenal
Ichinose Sakae, orang yang sudah ia anggap sebagai ayah, Shinya
banyak diajari arti kehidupan yang ternyata sangat berharga.
Shinya
pantas atas kehidupan yang Tuhan berikan padanya.
Setidaknya
Shinya menjadi tahu, bahwa ia punya satu tugas besar nan mulia dalam
sisa hidupnya yang semakin hari semakin berkurang, yaitu
menyelamatkan umat manusia dari kehancuran yang dibawanya.
Selain
itu, ia harus menyelamatkan saudari terkasihnya, Hiiragi Mahiru yang
juga membawa virus yang sama dengan dirinya.
Yang
Shinya tahu, batas waktu ia hidup masih tersisa kurang dari tiga
bulan lagi. Jadi, selama itu Shinya akan berjuang dengan seluruh
kemampuannya untuk membawa Mahiru bersamanya. Mencegah kebangkitan
Virus Vampir yang disalahgunakan oleh pihak kerajaan.
.
.
Di
pinggiran lapangan tak jauh dari tempat Shinya mengistirahatkan diri,
ia mendengar suara anak kecil yang sedang menangis. Shinya pun
mengedarkan matanya mencari sumber suara tersebut, ternyata bocah
kecil sedang terisak di bawah pohon apel. Ia kemudian menghampiri
bocah tersebut.
“Huhuhu~
Mika~”
“Ada
apa adik kecil, kenapa kamu menangis?”
Shinya,
dengan kostum kucingnya berjongkok di depan bocah kecil tersebut. Si
anak sempat membuka matanya yang semula terpejam karena menangis,
begitu ia melihat Shinya yang ada di hadapannya,
“Hueee~
Mika, ada badut menakutkan di sini!!” tangis bocah itu semakin
kencang.
Tentu
saja Shinya dibuat panik karenanya, walaupun Shinya sangat menyukai
anak-anak, tetapi ia hampir tidak pernah berinteraksi dengan mereka,
jadi Shinya bingung harus melakukan apa. Sempat terlintas
dipikirannya untuk melepaskan kostum kucing yang dipakainya sebelum
niatnya itu diinterupsi oleh suara bocah lainnya yang terdengar dari
atas pohon.
“Tenang
saja Yuu-chan, badut itu tidak jahat kok. Ada seseorang yang
bersembunyi di dalamnya, mereka orang baik.”
“Eee~
benarkah?”
Bocah
itu seketika menghentikan tangisnya, ia pun beralih menengadahkan
kepalanya menatap pohon. Shinya mengikuti arah pandang bocah berambut
hitam legam tersebut. Ia menemukan bocah lain berambut pirang dengan
mata sebiru langit sedang berdiri di salah satu dahan pohon. Bocah
pirang yang dipanggil Mika itu menatap badut Shinya dengan tatapan,
‘Tolong
maklumi temanku yang kelewat polos ini’.
Shinya
yang memahami situasinya pun memberanikan diri untuk berbicara dengan
bocah yang dipanggil Yuu-chan.
“Ya,
Neko-chan ini bukan badut jahat. Dia adalah teman anak-anak.”
“Benarkah?
Neko-chan?”
“Unn!
Jadi ceritakanlah kenapa Yuu-chan menangis?”
Bocah
itu kembali terisak dihadapan Shinya, ia sambil menunjuk teman
pirangnya berkata.
“Huhu~
Mika... temanku Mika terjebak di atas pohon itu...”
Shinya
kembali menengadah ke atas pohon di mana Mika berada. Di sana Mika
tampak tersenyum tipis kepada Shinya. Tetapi tak dipungkiri, raut
ketakutan tak dapat bocah itu sembunyikan dari wajahnya.
“Tadinya
aku mau mengambilkan apel-apel yang ada di dahan ini untuk Yuu-chan,
tetapi ketika hendak turun aku baru sadar kalau aku menaiki dahan
yang terlalu tinggi, jadi...”
Shinya
pun mengamini perkataan bocah tersebut. Meskipun pohon apel yang Mika
panjat berbuah lebat, tetapi letak buahnya berada di dahan yang
sangat tinggi, bagi bocah berusia 8 tahun untuk dipanjat.
“Baiklah
Mika-chan, tetaplah di situ, aku akan menolongmu!”
“Onii-chan...”
Shinya
berinisiatif untuk menolong Mika. Sebenarnya kostum kucing ini sangat
sangat membatasi pergerakannya, tetapi apa boleh buat, ia tidak boleh
terlalu banyak terkena sinar matahari atau tubuhnya tidak akan
mentolerir. Jadi dengan usaha ekstra, Shinya pun mulai memanjat pohon
apel itu dalam balutan kostum kucing.
Menurunkan
Mika dari atas pohon merupakan penyelamatan yang dramatis, Shinya
harus berhati-hati agar bocah pirang itu tidak terluka di samping
mempertahankan kepala Neko-chan agar tidak jatuh. Tetapi dengan
segenap perjuangan, akhirnya Mika dapat turun dari pohon dengan
selamat. Yuu langsung memeluk Mika erat sambil menangis tersedu-sedu.
“Mika...
huhuhu~”
Objek
yang dipeluk Yuu hanya tersenyum sambil mengelus surai hitam itu
lembut.
“Tidak
apa-apa Yuu-chan, aku sudah turun kok. Lagipula, aku sudah
mendapatkan apelnya.”
Yuu
pun mengendurkan pelukannya pada Mika, lalu si bocah pirang menghapus
sisa-sisa air mata yang membasahi pipi Yuu.
Shinya
yang berdiri menyaksikan interaksi antara dua bocah polos tersebut
ikut tersenyum dibalik topeng ‘badut’nya. Senang rasanya
mempunyai orang yang peduli dan menyayangimu, begitulah pikir Shinya.
“Kau
adalah badut yang baik, Neko-chan, terima kasih.”
“Terima
kasih sudah menyelamatkanku, Onii-chan.”
“Ha’i,
tidak masalah.”
“Oh
ya, sebagai rasa terima kasih, bagaimana kalau kita mengajak
Neko-chan untuk beli es krim bersama?”
“Ahh...
ide yang bagus! Bagaimana, Onii-chan?”
“Eeh...
tapi Onii-chan harus...”
“Aku
mohon... ini tidak akan lama kok.” Yuu memasang puppy
eyes
di depan Shinya, siapa pun tidak bisa untuk tidak luluh pada tatapan
mata zamrud yang membulat lucu itu.
“Eum,
baiklah. Tapi hanya sebentar oke?”
“Yeay!!”
.
Dan
di sinilah mereka bertiga sekarang, duduk di salah satu bangku taman
dengan semangkuk es krim yang ada di tangan masing-masing. Shinya
tidak pernah menyadari ia akan berada pada situasi ini. Terjebak
bersama dua anak kecil yang sebenarnya sangat ingin Shinya hindari.
Pikiran
negatif mulai menguasai kepala Shinya.
Akan
sangat bahaya baginya jika Shinya sampai bertemu orang tua dari
anak-anak ini, ia bisa saja dicap sebagai orang jahat atau semacamnya
dan dicurigai. Yang terparah adalah wajahnya yang terpampang di
publik lalu pihak kerajaan mengetahui keberadaannya. Jika hal itu
sampai terjadi, maka habislah riwayat Shinya.
Shinya
terdiam dalam lamunannya, es krim yang ada di mangkuk sudah mulai
mencair. Kalau tidak segera dimakan, lelehan krim tersebut akan
mengotori kostum yang dipakai Shinya.
Yuu
yang duluan menyadari hal tersebut lantas berujar pada Shinya.
“Neko-chan,
kenapa es krimnya tidak dimakan? Apa kau tidak lapar?”
“Hahaha
Yuu-chan, bagaimana mungkin Onii-chan bisa memakan es krim dengan
kepala Neko-chan yang masih dipakai itu.” Mika yang duduk di
samping Yuu menyahut.
“Ah...
iya benar! Mika tadi pernah bilang kalau di tubuh Neko-chan ada orang
yang bersembunyi di dalamnya. Apakah Mika memanggil Neko-chan dengan
sebutan Onii-chan adalah karena yang ada di balik kostum itu adalah
seorang Onii-chan?”
Yuu
dengan bahasa yang berbelit-belit mencoba berspekulasi. Mika pun
tertawa atas perkataan Yuu yang terdengar lucu di telinganya, tetapi
ia mengerti apa yang dikatakan sahabatnya itu.
“Ha’i!”
“Waaaah,
kalau begitu, aku ingin melihat wajah Onii-chan!”
“EEEHHH??!!”
Shinya
yang sejak tadi terdiam akhirnya membuka suara ketika mendengar
permintaan tak terduga dari Yuu.
“Benar
apa kata Yuu-chan, sebaiknya Onii-chan membuka topeng Neko-chan itu
supaya lebih mudah memakan es krimnya.”
“Lagipula,
kami akan semakin percaya bahwa Neko-chan bukan badut jahat jika
membuka topeng itu!”
“Tapi...”
“Ada
apa Onii-chan? Apakah kau akan dimarahi bos jika kami mengetahui
Onii-chan melepas topeng?”
“Ya...
itu...”
“Tenang
saja Onii-chan, kami pandai menjaga rahasia kok! Jadi kumohon~”
“Kumohon~”
‘Bukan
itu masalahnya!’
Ketakutan
yang dikhawatirkan Shinya pun menjadi kenyataan, bahkan ini di luar
ekspektasinya dan lebih parah. Melepas atribut tertutup dan
membiarkan tubuhnya terkena sinar matahari adalah hal terakhir yang
akan Shinya lakukan jika diberi pilihan. Ia hanya akan mengorbankan
tubuhnya di saat-saat genting atau ketika ia siap menanggung risiko.
Shinya baru terkena sinar matahari sekali dan ia tidak tahu apa yang
akan terjadi jika tubuhnya terkena pancaran sinar sang surya untuk
yang kedua kali dan seterusnya.
Apakah
tubuhnya akan terbakar?
Apakah
sisa hidupnya akan berkurang lebih cepat?
Apakah
ia akan melukai dua bocah polos ini?
Tetapi
semakin Shinya memikirkan itu semua, ia semakin tidak bisa membuat
pilihan. Yang ada, rasa penasaran akan reaksi tubuhnya lebih
mendominasi.
Kalau
ia selalu takut akan risiko yang mungkin terjadi, maka ia tidak akan
pernah bisa melangkah ke depan.
Ia
tidak akan bisa menyelamatkan Mahiru.
Ia
tidak akan bisa menyelamatkan dunia.
Lagipula,
spekulasi ketiga itu sangat kecil kemungkinannya. Jika pun ia
terbakar, Shinya hanya akan melukai dirinya sendiri dan lenyap
menjadi abu dengan cepat. Tidak dengan kedua bocah tersebut. Selama
belum dewasa sepenuhnya, virus itu tidak akan sampai menyebar dan
menghancurkan orang-orang di sekitarnya tanpa perantara darah. Ia
menyadari hal itu ketika insiden orang yang terbakar karena ulahnya
di Shinjuku.
Tetapi
jika reaksi yang ditimbulkan adalah dirinya yang terbakar atau
umurnya yang semakin memendek... Shinya bisa menanggung itu semua,
meskipun Shinya tidak berharap untuk cepat mati karena ia masih
mempunyai tugas untuk menyelamatkan Mahiru.
Maka
dengan segala pertimbangan itulah Shinya membulatkan tekad pada
keputusan yang ia ambil.
“Onii-chan...?”
“Yah...
apa boleh buat? Baiklah, Onii-chan akan membuka topeng ini, tapi
jangan bilang pada siapa pun, oke?”
“Tidak
akan!”
Yuu
dan Mika tampak bersemangat mendapati orang yang berada dalam kostum
Neko-chan akan menampakan wajahnya. Shinya hanya semakin terdorong
untuk mewujudkan keinginan kedua bocah tersebut.
Shinya
pun meletakan mangkuk es krim yang ada dalam genggamannya di atas
bangku taman. Perlahan, ia mulai mengangkat topeng besar yang
menutupi seluruh kepalanya dengan hati-hati, sambil menajamkan
seluruh indera perasanya untuk mengamati reaksi apa yang akan
ditimbulkan oleh tubuhnya. Topeng Neko-chan pun seluruhnya terlepas
dari kepala Shinya, menampakan wajah aslinya.
Beberapa
saat setelah sinar matahari berhasil menyentuh kulit Shinya, adalah
reaksi tubuhnya yang mengalami shock
kecil.
Seperti
disetrum listrik bervolume tinggi pada satu titik.
Tubuh
Shinya seketika menegang, rasa sakit itu muncul pada daerah di bawah
tengkuknya. Shinya hanya bisa menahannya dengan memegang topeng
maskot yang ada di pangkuannya kuat-kuat. Ia sempat menutup matanya.
Tetapi itu tidak berlangsung lama, sebelum akhirnya sensasi tersetrum
tersebut menghilang lima detik kemudian.
Shinya
pun membuka matanya, ia bisa melihat sosok Yuu dan Mika dengan lebih
jelas tanpa ada penghalang. Dan yang pertama kali Shinya lihat dari
kedua bocah tersebut
adalah... tatapan berbinar dan senyuman lebar dari keduanya begitu
mereka berhasil mengetahui wajah asli sang Neko-chan.
Shinya
menunjukan senyuman manis dengan eyesmile-nya
di hadapan Mika dan Yuu.
“Halo
adik-adik! Perkenalkan, nama Onii-chan adalah Shinya.”
“Whoaaa
kirei!*
Mika, mata Onii-chan ini juga biru sepertimu dan rambutnya seperti
salju. Waaaah... Tenshi
mitai.**”
Yuu berujar antusias dengan kedua tangan yang sudah meraba-raba wajah
Shinya.
Reaksi
Mika lebih kalem daripada Yuu.
“Nama
yang cantik seperti pemiliknya ya, Shinya Onii-chan? Namaku Shindo
Mikaela.”
“Kalau
aku Amane Yuuichirou, semoga kita bisa berteman dengan baik!”
Awalnya
Shinya merasa kesal karena disebut cantik. Meskipun itu sebuah
pujian, tetapi ia akan lebih senang jika disebut tampan, gagah, atau
istilah maskulin lainnya. Di tempatnya bekerja, Shinya bahkan selalu
dibilang imut oleh atasannya.
Namun,
rasa kesalnya itu terlupakan karena ujaran Yuu yang mengatakan kalau
Shinya bisa menjadi temannya. Meskipun itu hanyalah kalimat yang
dilontarkan bocah berusia delapan tahun, tetapi Shinya sangat senang.
Teman,
rekan, sahabat, kekasih, soulmate,
orang yang berharga.
Kata-kata
itu masih terdengar asing di telinga Shinya, karena seumur hidup ia
hanya berani membuat hubungan dengan sedikit orang. Karena ketika ia
mulai menjalin hubungan dan melibatkan perasaannya, orang tersebut
akan pergi meninggalkannya.
Seperti
teman-temannya yang mati karena tangannya sendiri,
Seperti
ibunya yang mati di tangan Hiiragi,
Seperti
Ichinose Sakae yang sekarat karena menolongnya dari kejaran Hyakuya.
Hal
itu membuat trauma tersendiri baginya untuk berani membuat ikatan
dengan seseorang. Tetapi untuk Yuu dan Mika, Shinya sangat senang
mendengarnya, toh mereka hanya kebetulan bertemu ini. Mungkin saja
ini adalah pertemuan terakhir mereka sebelum Shinya sendiri yang
meninggalkan dunia. Jadi boleh kan Shinya merasa senang? Sejujurnya
Shinya sangat ingin mempunyai orang yang bisa berbagi kebahagiaan dan
kesedihan bersama dirinya, ia juga menginginkan yang namanya
soulmate.
“Ha’i,
tentu.”
Pada
akhirnya, Shinya ikut menghabiskan es krim yang sudah mencair itu
bersama Yuu dan Mika. Mereka benar-benar bersenang-senang selama satu
jam lamanya, sebelum akhirnya Shinya pamit karena ia harus kembali
melakukan pekerjaannya sebagai Neko-chan, si maskot.
Mika
dan Yuu berharap semoga mereka bertiga dapat bertemu lagi. Yuu sampai
bilang kalau ia akan mengunjungi taman bermain ini setiap hari demi
bisa bertemu Shinya. Dan si pemuda albino hanya bisa menampilkan
senyuman hangatnya.
.
\(O3O)/
.
2
hari kemudian...
Benteng
kerajaan Mikado no Oni merupakan salah satu bangunan yang paling
mencolok yang ada di daerah Shibuya. Letaknya yang strategis dan
arsitektur yang megah dan kokoh, tidak heran jika kerajaan ini
dianggap sebagai salah satu yang paling memiliki pengaruh besar bagi
dunia. Sudah lama sekali Guren tidak menginjakkan kakinya pada istana
megah ini sejak klannya berpisah dengan Hiiragi dan membangun
kerajaan miliknya sendiri, yaitu Mikado no Tsuki.
Kedua
kerajaan ini memang sempat berseteru saat lima tahun yang lalu
sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan gencatan senjata.
Tetapi beberapa hari yang lalu, Sekte Hyakuya berniat untuk memulai
peperangan kembali dikarenakan pemimpinnya yang ikut tersulut emosi
dari Guren yang menuduhnya telah mengkhianati perjanjian damai karena
telah membunuh ayahnya yang selama ini menghilang.
Saat
ini pun Guren mendatangi kerajaan Mikado no Oni karena salah satu
keluarganya sedang menjadi sandera tanpa sebab yang jelas.
Dia
adalah Amane Yuuichirou, bocah yang masih berusia 8 tahun dan
merupakan keponakan Guren.
Guren
pikir Kureto tidak akan menganggap serius perkataan Saito dari pihak
Sekte Hyakuya, tetapi apa yang ia saksikan sekarang? Anak kecil dari
keluarganya yang tidak bersalah ikut dijadikan sandera dalam
persaingan bodoh antar kerajaan ini. Bukankah ini artinya Mikado no
Oni juga telah melanggar perjanjian damai?
Guren
bersumpah akan menghabisi lelaki dengan alis petir itu apabila ia
menemukan Yuuichirou terluka walaupun hanya goresan kecil.
Ruangan
di mana Yuu ditahan terletak jauh di bangunan ujung istana, Guren
harus menyusuri setiap tempat yang ada di istana itu. Ia pun tidak
mengerti bagaimana persisnya, hingga pada akhirnya pemuda itu berada
di sebuah taman kecil yang tertutup milik keluarga Hiiragi. Dan di
sanalah Guren bertemu gadis itu.
Hiiragi
Mahiru.
Setelah
lima tahun berlalu, mereka berdua sempat terpisah bahkan hilang
kontak. Tetapi hari ini, sama seperti saat Guren dan Mahiru terakhir
kali bertemu, Mahiru sedang memetik bunga-bunga yang bermekaran di
taman itu.
Rambut
silver panjang, wajah cantik dalam balutan gaun berwarna putih. Ia
tidak berubah sama sekali, gadis itu bahkan terlihat berkali-kali
lipat sangat mempesona. Tetapi... Guren melihat ada sepasang rantai
yang menggantung di kedua pergelangan tangannya.
Apa
yang telah terjadi?
“Bunga-bunga
yang indah ya, Guren? Sudah berapa lama sejak kita berpisah di taman
itu...?”
Mahiru
menyadari keberadaannya. Gadis itu lantas menaruh bunga yang telah ia
petik ke atas tanah lalu bangkit, dan berjalan mendekati Guren.
Dengan senyuman bak malaikat, dipeluknya sosok pemuda itu erat,
seakan mereka adalah sepasang kekasih yang sudah lama berpisah dan
kini dipertemukan lagi.
Mahiru
menutup matanya, menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh
Guren. Aroma yang sangat ia rindukan.
“Aku
tahu kau akan datang, Guren.”
“Mahiru...
apa yang terjadi padamu?”
“Aku
dikutuk.”
“Apa?”
“Aku
dikutuk karena berani mencintaimu.”
Semuanya
terlalu mendadak.
Bertemu
Mahiru, melihat gadis itu terkungkung dalam rantai, kemudian ia
dipeluknya dan Mahiru bilang kalau dia telah dikutuk karena berani
mencintai seorang Ichinose Guren, bekas bawahan klan Hiiragi. Orang
yang sama sekali tidak pantas untuk bersanding dengan Mahiru.
Selama
mereka berpisah... apakah Mahiru tetap pada pendiriannya untuk
mencintai Guren, sehingga ia berakhir seperti ini? Apakah gadis itu
melakukan sesuatu yang membuat murka Hiiragi Tenri demi cinta monyet
mereka? Apa yang sudah dilalui oleh Mahiru selama lima tahun ini yang
dirinya tidak ketahui? Sebegitu besar kah Mahiru mencintainya?
Guren
melepaskan pelukan Mahiru di dadanya, menatap gadis itu di mata.
“Apa
maksudmu, Mahiru? Apa yang sudah terjadi lima tahun ini?”
Mahiru
sempat merasa kecewa karena Guren segera melepaskan pelukannya,
padahal ia masih ingin mendekap pria itu lebih lama lagi.
Kerinduannya terhadap Guren belum terobati sepenuhnya. Apakah orang
yang selama ini ia perjuangkan mati-matian ternyata sudah tidak
mencintainya lagi?
Gadis
itu tersenyum pahit, menunduk.
“Kau
jahat, Guren! Padahal aku masih ingin memelukmu.”
“Maaf,
kupikir aku sudah tidak pantas bersama-”
“Tidak
mungkin! Apa kau tahu seberapa besar perjuanganku untuk
mempertahankan perasaan ini?”
“........”
“.....Aku
pikir cinta kita, cinta yang selalu ku harapkan untukmu bisa menjadi
kenyataan dan kita bisa bersama, tapi... tapi... hiks..”
Tangis
Mahiru pun pecah.
Setelah
lima tahun ia menahan semua penderitaan demi Guren, tetapi apa yang
telah ia dapatkan? Memang benar kalau Guren kini berada tepat di
hadapannya, tetapi Mahiru merasa jarak mereka menjadi semakin jauh.
Gurennya seperti orang asing yang melihat seorang gadis bodoh tengah
menangis membicarakan cintanya yang tidak tersampaikan. Mahiru hanya
ingin cintanya terbalas, Mahiru hanya ingin mereka berdua bisa
bersama, Mahiru hanya ingin...
Guren
memeluknya. Kali ini pemuda itu yang pertama mendekap Mahiru,
membawanya pada kehangatan.
“Sebegitu
menyakitkannya kah mencintaiku?”
“Sakit
sekali, Guren. Sampai aku tidak bisa lagi menahannya. Hiks..
Aku
pikir kau masih mencintaiku.”
Ilustrasi dari LN aslinya XD |
Guren
tidak tahu bagaimana perasaannya pada Mahiru. Dulu ia memang
mempunyai perasaan spesial itu. Perasaan nyaman kepada Mahiru ketika
mereka berdua menghabiskan waktu bersama di taman, perasaan ingin
melindungi Mahiru.
Tapi
itu dulu,
Sebelum
akhirnya ia sadar, bahwa mereka tidak mungkin terus bersama karena
status keluarga yang disandang Mahiru dan Guren. Pemuda itu pikir ini
hanya sekadar Cinta Monyet, perasaan Mahiru akan menghilang seiring
berjalannya waktu, sama seperti dirinya. Mereka pada akhirnya
mengerti akan kemustahilan cinta yang mereka impikan. Tetapi ia
salah. Gadis Hiiragi itu ternyata tetap pada perjuangannya untuk
mewujudkan perasaannya pada Guren.
Lantas,
bagaimana perasaan Guren terhadap Mahiru? Apakah perasaan itu masih
tersisa di lubuk hatinya? Guren tidak tahu harus seperti apa ia
bersikap.
Maka
pemuda itu hanya bisa menenangkan gadis yang ada dalam pelukannya.
Mungkin untuk sementara waktu biarlah mereka seperti ini sampai
akhirnya Mahiru mau menceritakan semuanya pada Guren.
.
..
\(O3O)/
.
.
Setelah
Mahiru merasa tenang, akhirnya gadis itu pun menceritakan masalahnya
kepada
Guren meskipun tidak semuanya. Yang pemuda itu tangkap dari Mahiru,
adalah bahwa gadis itu selalu memperjuangkan cintanya bahkan setelah
keluarga Ichinose memisahkan diri dari Hiiragi. Gadis itu kemudian
bekerja sama dengan Sekte Hyakuya yang memberikan janji manis berupa
kehancuran Hiiragi dan terwujudnya cinta Guren kepadanya.
Tetapi ia ditipu dan menjadi subjek percobaan terlarang Sekte
Hyakuya, hingga berakhir dengan dirinya terkena kutukan yang
membuatnya tidak bisa lagi keluar dari sangkar Hiiragi.
“Pada
akhirnya... karena kebodohanku sendiri, kita tidak akan pernah
bisa bersama, iya kan, Guren?”
Mahiru
mengusap sisa air mata yang mengering di pipinya, tersenyum lemah.
“Aku
akan menyelamatkanmu.”
“Eh?”
“Apakah
ada cara untuk membebaskanmu dari semua ini, Mahiru?”
“Guren...?”
Mendengar
ucapan yang keluar dari mulut Guren tersebut, membuat Mahiru
menegakkan kepalanya yang semula bersandar pada bahu Guren, menatap
pria tersebut.
Guren
pun tengah menatap Mahiru dengan sungguh-sungguh. Ada tekad yang kuat
dalam matanya, yang berhasil membuat Mahiru berbinar bahagia. Gadis
itu tersenyum cerah.
“Apa
kau yakin ingin menolongku, Guren?”
“Jika
itu membuatmu bahagia, tentu aku akan melakukannya.”
“Ini
akan sangat sulit loh,
Guren. Karena yang akan kau hadapi adalah malaikat dalam wujud
manusia.”
“Ayah
hanya pergi sebentar untuk berunding dengan Hiiragi-sama mengenai
salah satu malaikat kecilnya.”
“Malaikat?”
“Hiiragi
Shinya. Orang yang menjadi kunci dalam semua kekacauan yang terjadi
antara tiga kerajaan, dan juga orang yang bisa mengembalikanku
seperti semula.”
“.........”
Guren
tumbuh menjadi orang yang kebingungan di taman itu. Hiiragi Shinya,
ia baru mendengar nama asing itu sekarang. Selama ini yang pemuda
Ichinose ketahui dari seluruh keturunan asli bangsawan Hiiragi adalah
Hiiragi Kureto, Hiiragi Mahiru, Hiiragi Seishirou, dan si bungsu
Hiiragi Shinoa.
Lalu,
siapakah Hiiragi Shinya ini? Apakah sang ketua klan Hiiragi Tenri
mempunyai anak yang lain?
“Kau
pasti bingung, kan Guren? Shinya adalah anak angkat dari klan Hiiragi
dan keberadaannya disembunyikan dari khalayak, wajar jika kau tidak
mengenalnya. Dia seumuran kita, anak itu mempunyai pesona yang sangat
tinggi. Aku sebenarnya takut kalau kau akan jatuh cinta begitu
bertemu dengannya, tapi itu tidak mungkin, iya kan, Guren?”
“.......”
Perlahan-lahan
Mahiru mendekatkan wajahnya pada Guren, merasakan napas pemuda itu
yang terasa hangat menyentuh kulitnya. Napas yang tiba-tiba menjadi
tidak teratur karena gugup dan Mahiru menyukainya. Gadis itu pun
meraih bibir Guren, menciumnya sekilas.
Dengan
senyuman yang terpatri di wajahnya, Mahiru berbisik.
“Nee,
apakah
kau mencintaiku, Guren?”
“Aku...
tidak tahu.”
.
\(O3O)/
.
Setelah
pertemuannya dengan Mahiru yang memakan waktu dan menggali kembali
perasaan yang sudah lama terkubur dalam hatinya, Guren pun akhirnya
dapat bertemu dengan Yuuichirou. Syukurlah bocah itu baik-baik saja.
Guren
sempat murka kepada Kureto, orang yang telah menculik Yuuichirou ke
istananya. Pemuda itu berdalih kalau ia hanya ingin mengobrol dengan
Yuu, alasan bodoh macam apa itu? Tetapi Keponakannya pun mengaku
kalau kerajaan Mikado no Oni memperlakukannya dengan baik. Maka
mereka berdua pun memutuskan untuk pulang. Kali ini Guren memaafkan
kelancangan Hiiragi, namun tidak untuk yang kedua kalinya.
Saat
ini Guren dan Yuuichirou tengah berjalan menyusuri jalanan kota
Shibuya, malam hari tidak membuat kota itu menjadi lengang, bahkan
orang-orang masih suka berlalu-lalang melakukan aktivitas mereka
tanpa kenal waktu.
Guren
berjalan di belakang Yuu.
“Hei,
Yuu. Apa yang Kureto bicarakan denganmu?”
Yuu
menoleh ke arah belakang, menampakkan raut cueknya. “Ya, ampun. Kau
masih mengkhawatirkanku, Guren?”
Bocah
ini memang agak melawan.
“Oi,
panggil aku Onii-san atau aniki, bagaimanapun aku lebih tua darimu,
bocah!”
Yuuichirou
tak menghiraukan perkataaan Guren dan terus berjalan ke depan.
“Betsuni***.
Si Kureto itu hanya menanyaiku soal kejadian di taman kemarin. Aku
bilang saja tidak ada apa-apa tapi dia terus membujukku untuk
mengatakan yang sebenarnya. Aku kan sudah berjanji kepada Onii-chan
tidak akan mengatakan apa pun tentangnya kepada orang yang tidak aku
percayai.”
“Huh,
siapa yang kau maksud Onii-chan di sini?”
“Kau
bahkan menanyaiku juga, Guren? Aku tidak mau menjawabnya!”
“Kau
ini keponakanku itu artinya aku adalah orang yang dapat kau percaya,
Baka-Yuu!”
“Eeeh?
Yah apa boleh buat kalau Guren-Aho
memakasa.”
Guren
perlu kesabaran ekstra apabila berurusan dengan keponakannya yang
satu ini.
“Jadi
kemarin aku dan Mika sedang berada di taman bermain yang baru saja
dibuka, Mika lalu terjebak di atas pohon saat berusaha mengambilkan
buah apel untukku. Kemudian datang Onii-chan yang membantu Mika
turun, dan kami pun menjadi teman setelah kejadian itu. Hey, Guren.
Apakah kau tahu, Onii-chan itu adalah orang yang sangat baik dan
menyenangkan, wajahnya juga imut. Haaah, aku jadi ingin menemuinya
lagi.”
Yuu
tampak sangat antusias ketika ia membicarakan Onii-chan yang
dijumpainya di taman. Lantas Guren menaruh kecurigaan terhadap cerita
yang keponakannya sampaikan. Apakah orang yang dibicarakan Yuu ini
ada hubungannya dengan kerajaan Mikado no Oni?
“Lalu,
apa kau kenal si Onii-chan itu?”
Guren
menghentikan langkahnya kala pertanyaan itu keluar dari mulutnya,
sedangkan Yuu yang berada di depannya masih melangkahkan kakinya
dengan santai dengan mulutnya yang terus mengoceh.
“Tentu
saja! Aku bahkan tahu namanya, dia adalah Shi--
--WHAAA
PAS SEKALI, SHINYA ONII-CHAN!!”
Di
tengah kalimatnya Yuu berteriak ketika ia mendapati sang pemilik nama
Shinya menampakkan siluetnya dari kejauhan. Tidak salah lagi, itu
pasti Onii-chan yang ditemuinya di taman dalam balutan maskot
karakter kucing. Bocah itu kemudian langsung berlari mengejar Shinya
di tengah jalanan distrik Shibuya tanpa seizin Guren.
“HEI
YUUICHIROU!”
Objek
yang dipanggil oleh Yuu pun menoleh mendengar namanya disebut. Shinya
dari kejauhan membelalakan matanya begitu melihat Yuu yang berlari
menghampirinya.
“YUU-CHAN
BAHAYA!!”
“Hah?”
DUARRRR
Shinya
dengan cepat berbalik arah sambil terus berlari untuk menghampiri
Yuu. Ketika pemuda itu berada di dekat Yuu, ia langsung meraih tangan
bocah Amane dan menariknya ke dalam pelukan untuk melindunginya.
Tepat setelah Shinya mengamankan Yuu, ledakan dari senjata api muncul
dari arah dimana Yuu berlari tadi.
Yuuichirou
belum sempat pulih dari keterkejutannya tetapi Shinya kembali menarik
tangannya dan membawanya untuk ikut berlari.
“Shinya
Onii-chan, apa yang terjadi?”
“Hah..
Hah...
nanti.. aku jelaskan.. huh.”
Shinya
dengan wajah penuh keringat dan napas yang sudah terputus-putus terus
mempercepat larinya.
“YUICHIROU!”
Dari
arah belakang ternyata Guren tengah mengejar mereka, pemuda Ichinose
itu terus meneriakkan nama Yuu. Dengan pakaian hitam dan atribut khas
kerajaan, tentu saja itu membuat Shinya makin panik karena ia merasa
nyawanya sedang berada di ujung tanduk.
“Onii-chan
kita tidak harus berlari, orang yang mengejar kita itu...”
“Untuk
sekarang... hah..
hah..
itu tidak... mungkin!”
“Onii-chan,
tanganmu... panas.”
“Sial!”
BRUKK
“Onii-chan!!”
Shinya
sudah sampai pada batasnya.
Karena
terlalu lama berlari dengan badannya yang terserang demam, di tengah
pelariannya tiba-tiba kakinya menjadi mati rasa seolah tak dapat
digerakkan. Shinya pun akhirnya jatuh tersungkur di atas aspal.
Kepala pemuda itu terasa pening dengan matanya yang mulai mengabur.
Napasnya semakin tidak beraturan seiring suhu tubuhnya yang kian
naik.
Shinya
dapat mendengar dengan samar-samar Yuu yang meneriaki namanya di
dekatnya. Bocah itu tampak khawatir, ia dapat merasakannya. Dan
Shinya juga mendengar langkah kaki orang yang berlari mendekatinya.
Ahh...
pasti itu pasukan kerajaan yang mengejarnya tadi.
Perlahan-lahan
kesadaran Shinya mulai menghilang. Jalanan di distrik Shibuya ini
masih terasa ramai walaupun sekarang sudah hampir larut malam, dan
Shinya tidak menyangka jika akhir pelariannya akan terjadi secepat
ini.
“Hei,
apa kau baik-baik saja? Oi!!”
Entah
kenapa... malam ini sungguh berisik.
Dan
Shinya hanya bisa menutup matanya ketika seseorang yang tampak mirip
seperti Yuu-chan, tapi sosoknya lebih besar dengan lembut mengambil
alih tubuhnya dalam sebuah dekapan.
“Bertahanlah,
aku akan menolongmu.”
“Yuu-chan...”
Yah... kira-kira beginilah penampakan Yuu. |
.
.
.
//
Chapter 3, Meeting You //
.
.
.
*kirei:
cantik
**tenshi
mitai: (kelihatan) seperti malaikat
***betsuni:
tidak ada apa-apa, whatever.
.....
Ini
dia, akhirnya Shinya dan Guren bisa ketemuan!! yah... meskipun cuma
sekilas doang, di akhir lagi. Tapi mulai chapter depan, intensitas
ketemuannya Guren sama Shinya tentunya makin banyak hehehe.
Guren
kelihatannya belum bener-bener move
on tuh
dari Mahiru. Huuuh... dan Nys pun pada akhirnya nyelipin kissing
juga kan? Please
don’t be mad.
Entar Shinya juga kebagian kok XD.
Dan
MikaYuu, unccch pas bagian
si Mika ngehapus air mata Yuu, Nys blushing
sendiri. (Apaan deh?).
Sebenernya
Nys bingung pas ch 3 ini milih scene
ketemuan
GureShin kayak gimana, dan jadilah seperti di atas.
BTW,
kalo misalnya chapter depan update-nya
agak telat gomen
ne.
Pokoknya komentar lainnya tetap ditunggu~ sebagai apresiasi dan
vitamin buat nulis juga.
Matta
ne!!
aku tau telat, TAPI INI KEREN BGTTT 😍😍😍 suka sama cara penulisannya yg santai tp mudah di pahami, dan juga pertemuan shinya sama guren di chap ini bener2 gambarin gimna chaosnya keaadaan di sana t___t tapi INI GEMES SEKALII JSGDJSHAJ 😍😍
ReplyDeleteKereeennn kakkk😍
ReplyDelete